Langsung ke konten utama

Akhirnya Bisa Nge-Live Badminton di Istora Senayan - BliBli Indonesia Open 2018

I'm back with a new post. Lama gak nyentuh blog ini setelah setahun dan setelah berbagai macam kejadian yang dilalui *alaaaahhhh*. By the way karena di tahun ini belum pergi menjelajah lagi karena sesuatu dan lain hal, akhirnya kuputuskan menulis postingan ini walaupun kejadiaannya udah lewat setahun yang lalu. Yah, postingan ini mungkin bisa jadi pelampiasan karena gak bisa nonton live Indonesia Open Super 1000 2019 karena harga tiket ke Jakarta yang mahal gila. Anggap aja sebagai nostalgia dah.

Ahhh, sudahlah lupakan. Oke, jadi akan saya bahas pengalaman saya nonton langsung Indonesia Open 2018 di Istora Senayan. Sebenarnya bisa nonton langsung ini adalah rencana yang tertukar. Awalnya saya dengan travelmate saya yang tak lain tak bukan adalah Kak Yessy mau nonton Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta. Sebagai salah satu event olahraga besar yang ada di dunia kayaknya kok sayang banget kalau gak ditonton langsung, apalagi Indonesia sebagai tuan rumah. Tapi eh tapi setelah dipikir-pikir, kalau nonton badminton Asian Games yang dilihat hanya pemain dari Asia aja, sedangkan kalau Indonesia Open bakalan liat atlet badminton elit dunia, secara BWF Tour Super 1000, setara sama All England dan China Open. Jadilah akhirnya kami memutuskan buat nonton salah satu event badminton terbaik di dunia itu.

Kami memutuskan untuk nonton pertandingan semifinal dan final di hari Sabtu dan Minggu. Kami yang berasal dari Pontianak memilih flight di hari Jumat malam jam 7. Sebelum ke bandara, saya sempat-sempatnya masih nonton pertandingan perempat final antara Kevin/ Marcus melawan Duo Mads (Mads Conrad/ Mads Kolding) asal Denmark yang bikin dag dig dug serrrrr karena ada drama.challenge dari duo Mads. Padahal udah siap-siap mau berangkat ke bandara sampai diteriakin Mama sama Bapak buat cepat-cepat berangkat. Dan saat mau berangkat, ada teman Mama datang dan nanyain ni anak gadis mau kemana bawa-bawa ransel gede. Dan dengan logat khas emak-emak, si Mama jawab, "Ke Jakarta cuma mau nonton badminton. Padahal di TV juga ada."

Jadilah saya tinggal nyengir kuda 😅😅

Mungkin emang bagi sebagian orang akan berpikir, "ngapain sih kamu repot-repot sampai ke Jakarta mahal-mahal nonton badminton, toh disiarkan juga di TV." Helloooooo.... Yang pasti euforia nya beda. Saya dan Kak Yessy yang selama ini kalau nonton badminton cuma lewat layar TV sama HP pingin ngerasain sensasinya dan euforia nya kalau liat atlet kaliber dunia main. Walaupun kami jelas gak bisa main badminton, tapi kami jelas bisa menjadi suporter yang baik bagi atlet yang bertanding *apasih*.

Well sampailah kami akhirnya di bandara nunggu flight yang harusnya jam 7 malam itu. Tapi, penerbangan kami delay sampai jam 9 lewat yang buat kami akhirna streaming badminton. Dan waktu seru-serunya nonton pertandingan Fajar/Rian vs Li Junhui/Liu Yuchen kami udah harus boarding. Saat udah mau take off pun masih sempat-sempatnya ngintip live score -untung gak ketauan, jangan ditiru yaaaakk-.   

Kami sampai di Jakarta tengah malam. Dan kami menginap di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (tepatnya di Airy Room di Jalan Hang Lekir). Dari penginapan menuju Istora Senayan gak butuh waktu lama, hanya sekitar 10-15 menit menggunakan taksi online. Waktu mau ke IStora pertama kali, supirnya nanya, mau ke gate berapa, kami jawab yang ke Istora pokoknya karena gak tau mau masuk dari mana saking gedenya area Gelora Bung Karno itu. FYI, kalau mau menuju Istora Senayan masuknya lewat gate 5. Dan sepenglihatan aku, selama event itu yang buka cuma gate 5.
Karena kami udah beli tiket secara online untuk semifinal (Rp. 375.000 untuk kelas 1) dan final (Rp. 650.000nuntuk VIP) -tahun 2018- kami langsung menuju antrian penukaran tiket online dengan tiket masuk. Beruntungnya udah beli tiket online itu gak perlu datang pagi-pagi demi antri tiket on the spot yang belum tentu bisa kita dapat setelah antri berjam-jam. Tiket yang kita punya itu gak tertera nomor kursi, hanya kelas aja. Jadi kita pas masuk bebas pilih kursi sesuai keinginan kita sesuai kelas yang kita beli. FYI, di dalam stadion dilarang buat bawa makanan dan minuman, apalagi makan dan minum di dalam. Beruntungnya di luar arena banyak stand-stand jajanan yang jualan. Karena gak mau ketinggalan pertandingan seru, kami berdua keluar disaat game ganda puteri, karena yang main Jepang semua, kecuali waktu semifinal, Chen Qing Chen/ Jia Yi Fan dikepung ganda puteri Jepang. 

Dan ada pengalaman yang kami alami disana. Waktu final day, kami udah nemuin kursi yang pas menurut kami. Kak Yessy yang kebetulan ada di depan saya langsung menuju ke kursi itu dan kasi tanda nyuruh aku ikut duduk. Baru aja saya mau gerak, tiba-tiba dari belakang ada Uncle India yang nyerobot teriak-teriak panggil ponakan-ponakannya suruh duduk di kursi yang udah mau didudukin Kak Yessy. Spontan saya tegur bilang kalau Kak Yessy itu teman saya dan saya mau kesana. Eh, malah si Uncle ini dengan entengnya jawab, "kan dia belum duduk, jadi ini masih kosong." Ponakannya udah pada duduk syantik disitu semua. Ah, daripada bikin emosi kami langsung ngacir ke atas dikit sambil nyari kursi lain di seberang.

Well emang itu salah satu pengalaman menyebalkan selama event. Tapi itu gak buat semangat saya kendor buat nonton pertandingan kelas dunia ini. Beruntungnya kami bisa nonton langsung Indonesia Open Super 1000 2018 ini adalah ini adalah event spesial menurut saya. Pasalnya ini event yang terakhir diikuti Lee Chong Wei sebelum hiatus panjang karena penyakitnya dan akhirnya pensiun di tahun 2019, meskipun akhirnya harus kalah di semi final lawan Kento Momota. Selain itu ini juga turnamen Super 1000 terakhir Lilyana Natsir, sebelum pensiun di tahun 2019, yang menang di final melawan Chan Peng Soon/ Goh Liu Ying -ulangan final OG 2016 ni- . Dan ini menjadi kemenangan pertama Owi/Butet di Istora Senayan setelah sebelumnya gak bisa mecahin 'kutukan' disini. Selain itu yang bikin nagih nonton langsung di Istora itu, euforia nya. Satu stadion penuh penonton yang mendukung pemain andalan mereka, apalagi kalau saat pemain Indonesia yang main. Teriakan khas IN-DO-NE-SIA sambil nepuk-nepuk prok-prokan makin bikin tambah semangat, gak peduli suara serak yang penting teriak. Serunya juga dari event ini, di final day, sebelum pertandingan dimulai kita bakal dsuguhi penampilan penyanyi keren. Tahun 2018 kemarin, yang tampil adalah Raisa dan Jaz yang berhasil menghibur seisi Istora yang gemuruh banget. 

Nonton langsung badminton di Istora memang punya sensasi yang luar biasa dan bikin kangen. Tapi apa daya tahun ini harus rela nonton di TV dulu karena jatah cuti udah abis plus harga tiket Pontinak - Jakarta yang gak ramah di kantong 🙈🙈🙈. Next, mau mencoba nonton di negeri orang dan ngerasain sensasi dan euforianya. Let's go!!!!!

Ini dia beberapa pic yang diambil saat nonton


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Healing Trip di Ujung Borneo, Kinabalu - Part 3 (Pulau Sapi dan Manukan)

Hari ke dua di Kinabalu kami jadwalkan untuk menikmati wisata pulau yang ada disana. Kinabalu memang terkenal dengan wisata pulaunya yang konon katanya indah. Jadi kalau berkunjung ke Kinabalu, sempatkan buat berwisata ke salah satu pulau yang ada disana atau kalian juga bisa mencoba island hopping (mengunjungi beberapa pulau dengan sekali jalan). Hari kedua itu kami putuskan untuk mengunjungi 2 pulau yang terkenal di sana, Pulau Sapi dan Manukan. Untuk menuju kesana kami menyewa kapal penyeberangan seharga 250 RM buat seharian. Harga yang kami dapatkan jauh lebih murah jika kami menyewa di tempat penyeberangan langsung, di Jesselton Point yang berkisar antara 300 - 350 RM. Atau jika gak mau nyewa 1 kapal, tergantung maunya ke pulau mana aja, jadi bayar per orang mulai dari 40 RM per orang. Karena lagi-lagi berkat Bang Denny, kami bisa mendapatkan harga sewa kapal yang cukup miring karena ini yang bawa kapal adalah orang yang bawa Bang Denny waktu ke Kinabalu pertama kali.

Healing Trip di Ujung Borneo, Kinabalu - Part 2 (Kundasang)

Setelah sekian lama membiarkan blog ini tanpa postingan baru, akhirnya saya kembali untuk melanjutkan postingan saya tentang healing trip saya di ujung Borneo . Nah, ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya. Kali ini saya akan bahas tentang trip di hari kedua saya selama di ibukota Negara Bagian Sabah ini. Salah satu tempat favorit yang wajib dikunjungi jika ke Kinabalu adalah Kundasang. Kundasang adalah sebuah desa yang bisa ditempuh lewat jalur darat selama kurang lebih 2,5 jam dari Kota Kinabalu. Kami menuju Kundasang dengan menggunakan mobil sewaan. Supir mobil sewaan kami ini adalah supir Grab kenalan Bang Denny waktu ke Kinabalu sebelumnya. Alhamdulillah berkat sifat SKSD Bang Denny kami bisa mendapatkan mobil seharga 350 RM plus petrol (BBM), karena kalau nyewa lewat agen travel bisa kena 400 sampai 450 RM untuk 1 mobil berkapasitas 6 orang. Perjalanan kami dimulai jam 8 pagi. Karena perjalanan yang cukup jauh, kami menyempatkan sarapan di minimarket samping hotel.

Healing Trip di Ujung Borneo, Kinabalu - Part 1

Kota Kinabalu atau yang biasa lebih sering disebut Kinabalu adalah ibu kota negara bagian Sabah yang merupakan salah satu negara bagian yang ada di Malaysia dan terletak di Kepulauan Kalimantan (Borneo). Nah kali ini saya mau share tentang pengalaman saya bersama teman-teman saya saat trip ke Kinabalu tanggal 12-16 April 2018 kemarin. Biasanya kalau orang Indonesia liburan ke Malaysia, rata-rata tujuannya daerah semenanjung, mana lagi kalau bukan Kuala Lumpur. Nah, pas saya bilang mau ke Kinabalu, orang-orang pada nanyain ada apaan emang disana, saya jawab aja, "Mau liat Gunung Kinabalu 😅😅". Sebenarnya trip ini lagi-lagi terlaksana berkat adanya promo maskapai kesayangan para traveler yang suka backpacker seperti kami 🙈🙈. Saat itu kami menemukan promo penerbangan Pontianak-Kuching seharga 75 ribu rupiah doang! Siapa juga yang gak ngiler liat harga segitu. Nah, berhubung dari Pontianak gak ada penerbangan langsung ke Kota Kinabalu (ibu kota Negara Bagian Sabah) jad