Setelah puas explore Penang, terutama Georgetown selama 2 hari, akhirnya kami pun kembali ke Kuala Lumpur (yah, walaupun gak bisa pergi ke Penang Hill karena lagi ditutup habis banjir bandang). Well, ya syudahlah ya yang penting puas juga kelilingin Georgetown 2 hari poolll.
Nah, destinasi kami selanjutnya adalah Melaka. Melaka ini udah cukup terkenal untuk wisatawan Indonesia. Jadi, dari Penang kami dapat pesawat paling pagi, jam 7 (maklum dapat tiket diskonan). Jadi dari penginapan kami udah turun dari jam setengah 5 subuh. Jangan khawatir masalah transport, karena jam segitu udah cukup banyak Grab Car yang seliweran. Lanjut lah perjalanan kami dengan mata yang masih setengah ngantuk ke bandara internasional Penang yang makan waktu kurang lebih 30 menit.
Sampai di bandara, sambil nunggu adzan Subuh kami sempetin tidur-tidur ayam karena mata yang masih ngajak bobok. Tepat jam 7 pagi kami pun lepas landas kembali ke Kuala Lumpur. Sampai di Kuala Lumpur sekitar jam 8 pagi. Kami langsung turun ke lantai dasar tempat counter tiket bus (hasil nanya-nanya lumayan banyak petugas karena bandara yang luas banget). Jadi kalau mau ke Melaka dari KLIA 2, cari aja loket bus jurusan Melaka Sentral (waktu itu kami pakai bus Delima yang warnanya merah) yang biasanya berangkat setiap 25 menit sekali. Kebetulan waktu itu kami dapat tiket dengan jadwal keberangkatan jam 9.45 pagi dengan harga 24,10 RM. Sambil nunggu bus datang, kami duduk ngaso aja di dekat loket tiket. lumayan buat istirahat sebentar.
Mendekati jam keberangkatan bus, kami langsung nunggu di tempat berhenti bus (liat baik-baik nomor lorong bus nya ya). Penumpang bus nya gak begitu rame, seingatku gak sampai 15 orang padahal busnya besar banget yang kapasitas 40 orang. Di dalam bus itu ada kami berdua, mbak-mbak dari Jawa (keliatan logatnya waktu nelpon) sama beberapa turis asal Jepang dan orang lokal. Perjalanan KL - Melaka ditempuh kurang lebih selama 2 jam dan itu kita sempetin buat tidur karena sepanjang jalan cuma keliatan pohon sawit.
Tepat tengah hari kami sampai di terminal bus Melaka Sentral, tepatnya di terminal kedatangan antar negara bagian (karena KL dan Melaka beda negara bagian, kalo disini itu provinsi la ya). Untuk ke pusat kotanya, kita harus naik bus dalam kota lagi. Seperti yang para traveller udah pada tau kalau mau ke pusat kotanya Melaka yang terkenal dengan bangunan merahnya, kami naik bus Panorama no. 17. Karena banyak yang tujuannya sama dan rame turis dari Indonesia juga yang gak sengaja ketemu di terminal. Harga bus ini cukup 2 RM aja dan kamu bakal diantar sampai halte di bangunan merah.
Gak perlu takut kesasar untuk tempat berentinya, karena kalau udah ngeliat bangunan yang catnya merah bata dan ala-ala Portugis zaman penjajahan berarti kamu udah sampai dan si supir pun bakal nurunin penumpang di halte yang ada disana. Karena Melaka udah cukup terkenal namanya di kalangan wisatawan, gak heran kalau pas sampai sana kalau kami ngeliat banyak banget orang yang lagi jalan-jalan disekitaran bangunan merah. Karena udah siang dan perut udah lumayan keroncongan kami nepi dulu di kedai cendol durian yang ada di tepi sungai Melaka buat nyegerin diri sama isi perut. Lumayan la buat menghilangkan rasa haus dan lapar.
Penginapan yang kami pesan berada gak jauh dari lokasi bangunan merah. Cuma jalan kaki 10 menit udah nyampe. Karena kita udah lumayan capek dan belum mandi dari pagi, kami putuskan langsung jalan aja ke penginapan habis minum es cendol, walaupun waktu check in masih 1 jam lagi (waktu check in jam 2).Kami menginap selama 1 malam di Melaka di penginapan Travellers Planet Hostel. Gak susah buat nemuin lokasi penginapannya karena dia terletak di deretan ruko-ruko. Pas datang, kita tanya sama resepsionis apa kita udah boleh check in. Bapak keturunan India ini bilang boleh dan kami langsung aja check in. Penginapan yang kami pilih emang udah oke banget buat traveler yang suka travelling tapi low budget. Petugasnya ramah-ramah dan fasilitasnya juga oke, plus harganya sangat terjangkau buat kantong backpacker.
Sampai di kamar, kami istirahat sebentar sambil bersih-bersih dan juga sholat. Agak sorean baru kami turun buat explore daerah wisata Melaka. Kami memang cuma explore daerah wisata yang udah mainstream bagi traveler yang udah pernah ke Melaka karena kami cuma punya waktu 1 hari. Jadi setelah beres-beres dan mandi, sore itu kami putuskan buat keliling daerah bangunan merah dan Jonker Street. Sama kayak di Georgetown, keliling di Melaka juga enaknya pakai sepeda. Kami pun nyari penyewaan sepeda di daerah Jonker. Tapi banyak tutup karena Jonker Street itu bakalan ramai banget kalau pas weekend (kami kesana pas hari Senin). Tempat sewa sepeda satu-satunya yang kami dapat setelah mutar-mutar Jonker Street ada di sebuah minimarket yang juga nyewain sepeda. Harganya 6 RM per dua jam dan 10 RM untuk 24 jam.
Karena udah terlalu sore, akhirnya kami mutar-mutar di sekitar bangunan merah dan Jonker Street. Untuk spot foto oke juga di sekitarannya. Dan kalau pas sore ramai banget yang jualan pernak-pernik, jadi kalau mau beli oleh-oleh bisa juga disini karena harganya murah-murah.
Salah satu gereja tua peninggalan Portugis di Melaka |
Hari kedua di Melaka, pagi hari disambut dengan hujan rintik-rintik. Tapi itu gak nyurutin semangat kita buat explore daerah di dekat bangunan merah yang belum kita kunjungi. Jadi pagi itu setelah beres-beres kami lanjut jalan. Pagi itu kami singgah ke museum kapal atau lebih dikenal dengan Maritim Museum. Harga tiket masuk untuk warga lokal dengan orang luar negeri beda (Warganegara Asing 15 RM, orang Malaysia 5 RM). Harga tiket itu udah termasuk untuk 2 tempat museum (cuma lupa apa namanya, pokonya letaknya sebelahan). Museum kapal dibuat menyerupai dengan replika kapal dari Laksamana Cheng Ho saat berlabuh di Melaka dan di dalam sana kita juga disuguhi banyak sejarah dan juga replika para pelaut yang pernah berlabuh di Melaka. Puas mengitari museum, kami naik ke atas bukit yang terdapat gereja peninggalan Portugis, St. Paul's Church. Masuknya bisa lewat Famosa. Sampai ke atas emang agak ngos-ngosan karena harus naik beberapa tangga. Tapi, sampai di atas, gak bakalan nyesal karena view nya bagus banget. Puas jalan, perut lapar. Sebenarnya selama di Melaka, kami hanya makan di satu tempat. Tepatnya di area food court depan Menara Taming Sari dekat penginapan, sampai si penjualnya kenal muka kami. Makanan di situ enak dan rasanya sangat bisa diterima lidah kita karena masakannya gak jauh beda dengan rasa Indonesia.
Kerupuk yang enak khas Melaka |
Setelah perut kenyang dan karena udah dekat dengan waktu harus check out, akhirnya kami kembali ke penginapan buat mengemas barang-barang dan sholat zuhur. Baiknya tempat penginapan beserta orang-orangnya ini, setelah kami check out kami dipinjami ruangan buat sholat dan istirahat sebentar lho (pokoknya ini penginapan recommended banget lha).
Dari Melaka perjalanan kami lanjutkan ke Kuala Lumpur menggunakan bus dari Melaka Sentral. Sebenarnya dari tempat penginapan kami, bisa naik bus Panorama nomor 17 yang biasa lewat depan Menara Taming Sari ke Melaka Sentral seharga 2 RM. Tapi karena kita udah gak ada tenaga lagi ditambah beban berat, kami putuskan naik Grab dengan biaya 9 RM. Sampai di Melaka Sentral, ada satu drama terjadi. Kami ngeliat *mungkin* copet yang dikejar-kejar sama bapak-bapak dan langsung hajar di tempat. Drama kedua setelah kejadian di Masjid Putra.
Jadi, untuk ke KL, kami pakai bus Delima tujuan Terminal Berpadu Selatan (TBS) seharga 10 RM karena tidak ada jadwa ke KL Sentral. But it's okay, yang penting bisa sampai KL dengan selamat. Bus dari Melaka ke KL berangkat tiap 25 menit sekali dan waktu tempuhnya kurang lebih 2 jam.
Selesai sudah cerita saya di Melaka. Actually, Melaka salah satu tempat yang harus kamu coba kunjungi chingu. Walaupun wisata bangunan tuanya gak sebanyak Penang, tapi tempatnya bagus banget dan bisa jadi healing place buat kamu yang punya waktu terbatas. Tapi, cerita saya masih akan berlanjut di Part 4 ya chingu ^_^
Komentar
Posting Komentar